Kamis, 30 Juni 2011

"Lintah" Di Rahim Ibu

"Wahyu pertama yang berjumlah lima ayat di Kitab Mulia berbicara tentang sesuatu yang berbentuk “lintah”, menempel didinding rahim (lapisan endometrium) dengan kuat, serta menghisap darah ibunya. Itulah penggambaran sederhana “blastocyst”, embrio bayi berumur 14-24 hari”. (Developing Human (Dr. Keith Moore, Kanada - Dr. Ibrahim Seyd, UniversitRata Penuhas Louisville, Amerika Serikat).

Bagi pembaca awam, wahyu pertama lima ayat yang turun tahun 610 M, mungkin tidak bermakna apa-apa. Dibaca terus dilupakan. Tetapi bagi pembaca yang mau berpikir, wahyu yang ditempatkan pada surat al ‘Alaq (‘Segumpal Darah’), isinya sangat dalam dan bermakna luas. Selain memperkenalkan Tuhan sebagai Maha Pemurah, Dia juga Pencipta dan Pemelihara (Rabb). Salah satu definisi Tuhan adalah Dia yang menciptakan manusia. Wahyu tersebut juga member isyarat tentang ciri-ciri masyarakat modern. Pendidikan, pengajaran, al Qalam (alat tulis) dan Baca! Atau Iqra.

Dibawah ini terjemahan wahyu pertama (5 ayat awal surat Al’Alaq):

  1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan
  2. Dia telah menciptakan manusia dari “al ‘alaq”
  3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah
  4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan alat tulis (qalam)
  5. Dia mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak diketahuinya.

Kata al ‘alaq yang biasa diterjemahkan oleh Departemen Agama di Indonesia sebagai “segumpal darah” sangat menarik perhatian ilmuwan. Tambahan, kamus Arab – Inggris klasik, misalnya Kamus-al-Muheet yang dikarang Mujaduddin Firozabadi pada 1097 H (awal abad ke-18) menuliskan arti al ‘alaq atau ‘alaqah yang beragam, antara lain:

  1. Sesuatu yang melekat
  2. Apa saja yang menggantung ,
  3. Binatang penghisap penghisap darah seperti lintah, atau
  4. Sesuatu yang berbentuk seperti gumpalan darah (merah tua). Oleh karena itu, lazimnya Kitab Mulia selalu berbicara karakter maka al ‘alaq atau ‘alaqah lebih tepat diartikan sesuatu yang melekat, menggantung dan menghisap darah manusia.

Apakah itu?

Ahli Embriologi seperti Dr Keith Palmer dan Dr Ibrahim menafsirkan sebagai proses pembentukan embrio bayi yang disebut blastocyst. Karakternya serupa, ia melekat, menggantung pada dinding rahim dan ia hidup karena menghisap darah ibunya sebagai makanannya.

Dr. Ibrahim menjelaskan bahwa ‘alaqah adalah gambaran sesuatu proses yang menyangkut, menempel dan tertanamnya blastocist (pra embrio janin bayi) kelapisan kompak endometrium. Kemudian embrio ini melekat kuat pada endometrium di Uterus, dengan cara tepat sebagaimana lintah yang melekat dikulit manusia, manakala kita pergi kerawa - rawa atau danau, mereka menempel kuat. Kemudian, sebagaimana perilaku lintah yang menghisap darah korban, embrio manusia juga begitu. Ia menghisap darah ibunya yang sedang hamil, sebagai nutrisi dari dinding endometrium.

Inilah karakter yang memberi gambaran fenomena embrio manusia, melekat, menggantung dan menghisap darah - yang disisipkan pada wahyu pertama, yang menurut ilmuwan Prancis Ben Malik sebagai “panah yang berkilauan” dalam pelajaran Teologi Islam.

Wahyu pertama memang ajaib. Penuh dengan bahasa sandi, yang disebut Kripto, berbasiskan bilangan prima atau bilangan utama dalam matematika. Bilangan prima adalah bilangan khusus, bilangan yang tidak dapat dibagi oleh bilangan lainnya, kecuali oleh bilangan itu sendiri atau angka satu. Contohnya, adalah: 2, 3, 5, 7, 11, 13,17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47...dst.. Jika Davinci code bercerita tentang kode dengan menggunakan bilangan deret Fibonacci. Wahyu pertama ini dilengkapi dengan kode bilangan prima, salah satunya adalah 19.

Ilmuwan seperti Dr. Carl Sagan dari Amerika Serikat (mantan penasehat khusus Presiden Bill Clinton Amerika Serikat dibidang sains kala itu) menjelaskan bahwa bilangan prima adalah bahasa universal yang dapat dimengerti oleh semua makhluk cerdas di alam semesta ini. Ia juga pengarang buku yang popoler, CONTACT, telah difilmkan dengan bintang utama Jodie Foster. Bilangan yang umum dipakai sebagai kripto Kitab Mulia adalah 19, saudara kembarnya bilangan 17. Bilangan 17 digunakan untuk banyaknya rakaat shalat dalam waktu sehari semalam bagi Muslim. Angka 5 digunakan banyaknya shalat, sedangkan angka 23 digunakan sebagai representasi jumlah pasangan kromosom manusia. Semua adalah bilangan prima.

Jadi jika ada yang bertanya mengapa wahyu pertama tidak diletakkan di posisi pertama dalam Kitab Mulia? Maka jawabnya, salah satunya, adalah karena kripto. Ia disusun seperti acak, padahal sitematis berbasis bilangan prima. Sebagian kecil contohnya adalah keterangan dibawah ini.

Fakta sederhana, sebagai hasil studi yang mendalam dari Dr Bassam Jarrar dari Noon Centre, Yordania sebagai berikut:
  1. Jumlah ayat surat al ‘Alaq adalah 19 ayat.
  2. Posisi surat al ‘Alaq dalam susunan Kitab Mulia bukan pertama, tetapi urutan ke-96. Terlihat tidak ada sesuatu yang istimewa, tetapi jika kita lihat mulai dari belakang, maka posisi ini adalah tepat surat yang ke-19. Posisi pertama adalah surat terakhir , urutan ke 114 – dan posisi nomor 96 adalah urutan ke-19.
  3. Ayat pertama terdiri dari 19 huruf.
  4. Jumlah abjad wahtu pertama adalah 76 huruf, atau merupakan kelipatan 19, yaitu 19 x 4.
  5. Jumlah kata dalam wahyu pertama adalah 76 juga kelipatan 19, atau 19 x 4.
  6. Prof. Dr Cameron dari Spanyol menambahkan, bahwa jumlah abjad seluruh 19 ayat, dalam surat al ‘Alaq adalah 285 huruf, juga kelipatan 19, atau 19 x 15.

Dengan demikian, wahyu pertama Kitab Mulia selain menjelaskan tentang definisi Tuhan (Rabb), Tuhan Yang Maha Pemurah, juga memberikan ciri-ciri masyarakat modern (pendidikan, pengajaran, ilmu pengetahuan melalui tulis dan baca), ia juga memiliki makna yang dalam dan luas. Lebih istimewa lagi ia juga memiliki kripto dengan basis utama bilangan prima 19.

Mari kita cari, adakah kitab yang serupa ini didunia, dalam bahasa apapun juga?

Penulis:
Arifin Mufti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar